mardi 2 décembre 2008
Nasi Jenggo [BALI]
Makanan berupa nasi berbungkus daun pisang yang murah meriah khas Bali ini, isinya mirip dengan “Sego Bungkus” (bahasa Jawa: sego=nasi) yang dijual di angkringan siang hari di Semarang, yang kadang disebut juga “Sego Becak”. Mungkin karena yang beli biasanya para abang becak jadi dinamain gitu. Harganya murah meriah, dulu sih cuma 750 – 1.000 rupiah. Ga tau deh sekarang berapa… udah gitu porsinya buanyak banget, pas buat abang becak yang kecape’an seharian genjot becaknya.
Kembali ke Nasi Jenggo....
Di Bali, Nasi Jenggo dijual di angkringan malam hari. Biasanya dimakan sambil lesehan di trotoar. Mirip “Sego Kucing” di Jogja/Semarang/Solo gitu deh. Eh, tapi kabarnya ada juga penjual Nasi Jenggo yang keliling pake sepeda, lho... Harga Nasi Jenggo juga relatif murah, tapi porsinya ga sebanyak Sego Becak.
Kenapa dinamakan Nasi Jenggo?
Menurut cerita, Nasi Jenggo pertama kali muncul di sekitar daerah Suci–Denpasar, sebelum tahun 1980-an. Saat itu, Nasi bungkus khas Bali yang kemudian disebut Nasi Jenggo, bisa dibeli di salah satu sudut pasar senggol Suci setiap malam mulai pukul 20.00. Pada tahun 1970-1980-an, para penjelajah Kuta di malam hari mempunyai gaya yang khas mirip seorang koboi jaman wild west. Mungkin para koboi Kuta inilah yang kemudian dijuluki Jango (lelaki jagoan pada masa koboi). Nah, rupanya mereka ini sering berkerumum membeli nasi bungkus pedas khas Bali yang dijual di bawah poster bioskop Suci. Lama-lama nasi bungkus itu dinamakan dengan nasi Jango/Jenggo/Jinggo. (Disarikan dari tulisan pengamat budaya Benito Lopulalan di Kompas, 1997).
Bedanya Nasi Jenggo dengan Sego Kucing:
Nasi Jenggo umumnya dalam satu bungkus berisi sekepal nasi putih, dengan lauk mie goreng, sambal pedas, kering tempe, dan beberapa suwir ayam/daging/ikan yang dibumbui khas Bali.
Kalau Sego Kucing, isinya sekepal nasi putih + sambal, lauknya bisa pilih: ada yang pake ayam/ikan sarden/kering tempe/cumi hitam/telur balado, dll. (Tiap bungkus isi lauknya cuma satu. Jadi, bungkusan satu dengan yang lain isi lauknya beda, tergantung kita mau pilih yang mana). Makanya harganya juga lebih murah. Sekarang sekitar 1.000-2.000 rupiah.
Persamaannya:
Sama-sama “porsi balita” alias sedikit + sambal pedas yang ngangenin, dan dibungkus pake daun pisang.
Nasi Jenggo yang saya buat kali ini isinya: Nasi putih, Telur dadar, Sambal pedas, Mie goreng, dan Ayam Pelalah.
Resep Ayam Pelalah sama Sambalnya nyontek dari dapurnya Rurie. Karena Si Rurie itulah yang bikin saya ngiler penasaran sama yang namanya Nasi Jenggo. Heheheheh… (Danke yo, Rie...)
AYAM PELALAH
Bahan:
500 g Ayam, rebus, suwir-suwir
100 ml Kaldu ayam
Minyak goreng
2 lembar daun salam
1 batang serai, memarkan
1 sdt air jeruk limau
Bumbu:
6 butir bawang merah
4 siung bawang putih
2 cm kunyit
1 cm kencur
1 cm lengkuas
3 buah cabai rawit merah
3 cabai merah
3 butir kemiri
Garam
2 sdt gula jawa
2 buah tomat ukuran sedang
1 sdt Terasi
Cara Membuat:
Haluskan semua bumbu.
Panaskan minyak goreng, tumis bumbu halus, sereh, dan daun salam hingga harum.
Tuangkan kaldu ayam.
Masukkan ayam suwir. masak hingga ayam berubah warna dan bumbu meresap.
Kucuri dengan air jeruk limau.
SAMBAL NASI JENGGO:
Bahan:
Cabai rawit merah
Bawang merah
Garam
Terasi
Gula
Cara Membuat:
Gerus kasar semua bahan.
Goreng sambal dengan sedikit minyak sampai harum.
Recipes By. Rurie
Publié par deeTha à l'adresse mardi, décembre 02, 2008
Libellés Indonesian Culinary, Purée de piments – Sambal, Riz – Rice, Volaille – Poultry
Selasa, 02 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong isi komentarnya ya.... makasih!!!